Rabu, 20 Februari 2008

Paritta untuk Tusita

Sebagai seorang anak, Tusita ingin sekali berbakti pada orang tuanya,

Karena itu, dia selalu rajin belajar supaya bisa dapat rangking disekolahnya..
supaya tidak tinggal kelas, bisa dapet beasiswa..mengikuti banyak lomba anak2 seusianya, seperti mewarnai, menggambar, mendongeng dan menyanyi.

Piala yg sudah dikumpulkannya sudah cukup banyak, mungkin sudah 70 lebih..
ada satu habit atau kebiasaan yg selalu diminta Tusita, setiap akan maju lomba, Tusita selalu meminta di bacakan Paritta...atau doa perlindungan.

Entah karena manjurnya Paritta, atau kegigihan, atau mungkin keberuntungan dia dalam setiap lomba selalu menang, gelar juara 1 - 3 selalu disabetnya...makanya dalam kurun waktu 3 tahun 70 piala lebih sudah dimilikinya.

Kebiasaan ini, begitu melekatnya, hingga walaupun sekarang, saya bekerja diluar kota, setiap akan mengikuti perlombaan, anak itu selalu meminta dibacakan paritta, walaupun melalui telpon. Keyakinannya terhadap Ti-Ratana begitu kuat, sehingga selalu dan selalu meminta dibacakan paritta oleh saya.

Hhmmm..sesungguhnya, awalnya, saya ingin membangkitkan kepercayaan dirinya, setiap akan mengikuti lomba, yaitu dibacakan paritta, karena walaupun dia sudah berlatih beberapa hari...
tetap saja, merasa kurang percaya diri bila tahu lawannya adalah jawara2.

Saya tidak ingin menyesatkan pandangannya, bahwa hanya dengan paritta-lah kemenangan dapat diraih...seiring bertambahnya usia, saya memberikan pengertian, bahwa setiap kebahagiaan yg ingin diraihnya, haruslah dikondisikan terlebih dahulu, seperti berlatih dg giat, melakukan kebajikan (spt. fang shen, berdana pada Bhikkhu Sangha, dlsb), paritta hanyalah faktor penunjang lainnya, bukanlah faktor penentu kemenangannya...

Sekarang, Tusita lebih banyak melakukan Fangshen atau berdana makanan pada Bhikkhu, jika ada Bhikkhu yg berkunjung ke kota cirebon. Sudah tidak lagi bergantung, sama ayahnya untuk membacakan paritta...

Sungguh saya takut, jika pengertiannya ini menjadi salah, sehingga, jika dia menghadapi kenyataan, dengan kalah dalam suatu ajang perlombaan, akan menyalahkan paritta yg dibacakan ayahnya tidaklah manjur....

Hmmm...sama seperti, kepala gatel, tetapi yg digaruk2nya pantat....